UH-OOH!

The size of your web browser is too small for our website. Please consider resizing it bigger for best browsing experience.


Copyright © 2018 KISFM

Loading..

Sering Memuji Seseorang tapi Sekaligus Menjatuhkan? Jangan-Jangan Kamu Pelaku Emotional Manipulation!

Kis Listener, kamu pastinya pernah mendengarkan istilah gaslighting kan? Biasanya, istilah ini akan kamu temukan ketika berada di situasi hubungan yang toxic Biasanya, dalam hubungan toxic, beberapa pasangan seringkali melakukan gaslight terhadap pasangannya, yang akhirnya membuat seakan-akan pasangannya telah melakukan kesalahan.

Contohnya, apabila pasangan kamu pulang telat tanpa ngabarin kamu akan pulang telat Salah satu bentuk gaslight yang akan diberikan adalah dengan mengatakan, “Aku kemarin udah ngabarin bakalan pulang telat kok!” Ketika kalimat ini keluar, tidak jarang kita akan merasakan dan berpikir, “Waduh apa jangan-jangan gue udah pikun ya?” Padahal, pada kenyataannya pasangan kita baru saja melakukan gaslight terhadap kita. 

BACA JUGA: Mengenal Self Sabotage: Upaya Menggagalkan Diri yang Kerap tidak Disadari

Kis Listener, fenomena gaslight ini menurut Rany Moran merupakan bentuk dari emotional manipulation Dalam siaran Kis in the Morning bersama Ivy Batuta dan Udjo, Rany menjelaskan detail dari emotional manipulation ini. 

Emotional Manipulation Itu Apa?

Emotional manipulation pada dasarnya adalah cara seseorang untuk mempengaruhi emosi seseorang. Bentuknya bisa berupa gaslighting, love bombing, nagging, dan lain sebagainya. Biasanya, tujuan dari emotional manipulation ini adalah untuk menghindar dari kesalahan yang diperbuat dan juga membuat seseorang merasa tidak diterima atau tidak disukai.

Tentunya, sesuai dengan namanya yaitu emotional manipulation kata manipulasi ini tentunya bersifat negatif. Karena, pada dasarnya manipulasi merupakan bentuk upaya kita untuk mendapatkan suatu hal yang kita inginkan, dengan mengorbankan orang lain. Sederhananya, manipulasi dilakukan untuk kepentingan diri dan bukan untuk kepentingan bersama. Sehingga, pada akhirnya banyak orang yang melakukan emotional manipulation dengan tujuan untuk mendapatkan kekuasaan dan juga power.  

Dilakukan Secara tidak Sadar

Kis Listener, menurut Rany nyatanya kita seringkali melakukan emotional manipulation tanpa kita sadari. Hal-hal seperti memuji sekaligus menjatuhkan pun menjadi salah satu contoh dari emotional manipulation.

Kita sering kali berniat untuk memuji atau mengapresiasi seseorang namun di sisi lain tanpa sadar kita menjatuhkan orang tersebut. Misalnya, ketika kita berkata “Aduh kamu langsingan ya! Padahal, dulu kan gendut banget”. 

BACA JUGA: Kisah Erika dalam Menjadi Vegetarian: Berawal dari Didikan, Kini Berusaha untuk Menjadi Vegan 

Kalimat di atas memang memiliki intensi untuk memuji. Namun, menurut Rany hal tersebut merupakan bentuk dari emotional manipulation. Karena, kita tidak bisa tahu apa yang ada di dalam pikiran seseorang. Bisa jadi, dari kalimat di atas, orang tersebut yang awalnya tidak menganggap dirinya gendut, justru kini merasa dirinya dulu gendut. 

Dampak Melakukan Emotional Manipulation

Dari apa yang dijelaskan oleh Rany, emotional manipulation memiliki dampak baik terhadap pelaku maupun korban. Apa dampak bagi pelaku? Tentunya ‘keuntungan’ seperti power dan kekuasaan terhadap individu ataupun kelompok.

Namun, pelaku emotional manipulation pun tentunya akan mendapatkan dampak negatif. Mereka yang menjadi korban dari emotional manipulation ini pun bisa sadar apabila dirinya sedang dimanipulasi.. Sehingga, dampaknya bisa menjadi ‘pisau bermata dua’ bagi pelaku emotional manipulation

Disisi lain, bagi korban emotional manipulation dampak yang diberikan dari perilaku tersebut nyatanya dapat berdampak secara short term maupun long term bagi mental korban. Para korban, bisa saja menjadi overthinking, menanyakan value dirinya, dan gangguan mental lainnya. Sehingga, dampak dari emotional manipulation sangatlah besar. 

Cara Agar tidak Melakukan Emotional Manipulation

Hal terpenting agar kita tidak melakukan emotional manipulation adalah sadar diri dan menjaga perkataan dan ucapan. Kita harus sadar, apabila kita di posisi tersebut, tentunya kita akan merasakan sakit yang mendalam. Sehingga, kita tidak boleh melakukan hal tersebut karena kita pun tidak ingin merasakan rasa sakit tersebut. 

Kemudian, kita pun harus bisa jujur dengan apa yang kita rasakan. Apabila ada perkataan yang menyakitkan untuk kita, beranikan diri untuk mengatakan jika perkataan tersebut menyakiti hati atau perasaan kita. Karena, kita harus tahu ungkapan seseorang tersebut tidak merupakan bentuk validasi dari apa yang kita rasakan. 

BACA JUGA: Kapan Waktu Terbaik untuk Menjelaskan Status Adopsi Terhadap Anak? 

Lalu, kita pun harus memiliki boundaries atau batasan. Dalam artian, kita harus tahu apa perkataan yang sudah melewati batasan. 

Pada akhirnya, emotional manipulation tidak akan pernah menjadi suatu cara untuk mengungkapkan pujian, atau motivasi. Sesederhana, apabila kita berada di posisi tersebut, apakah kita tidak akan merasa sakit hati? 

Dengan demikian, apapun bentuk dan alasan seseorang melakukan emotional manipulation, pada akhirnya manipulasi selalu menjadi hal yang salah dan keliru untuk dilakukan. (*/)

(RRY)

Berikan Komentar Anda