Mengenal Self Sabotage: Upaya Menggagalkan Diri yang Kerap tidak Disadari
Sebagai manusia, tentunya kita memiliki hall-hal yang ingin kita capai. Dan salah satu cara untuk mencapai hal-hal tersebut tentunya adalah dengan berusaha. Tentunya, dalam mencapai hal-hal tersebut, kita akan dihadapkan dengan berbagai tantangan, baik yang datang dari diri kita, maupun yang datang dari luar kuta. Namun, karena keinginan yang mendalam, tentunya kita akan berusaha untuk mewujudkan keingin hal-hal tersebut.
Akan tetapi Kis Listener, apa jadinya jika kita justru ‘berusaha’ untuk menggagalkan keinginan kita sendiri? Apa yang terjadi jika mimpi kita justru gagal terwujud karena adanya ‘keinginan’ dari diri sendiri yang menginginkan mimpi tersebut untuk tidak terwujud..
Nah Kis Listener, Kis in the Morning sesi Ketok Pintu bersama Udjo dan Ivy Batuta kali ini kedatangan Rany Moran selaku Coach, Psychological Counsellors, dan Corporate Speaker untuk membahas mengenai istilah ‘Self Sabotage’.
Apa Itu Self Sabotage?
Dari penjelasan Rany, sesuai dengan namanya, self sabotage atau menyabotase diri sendiri adalah sebuah upaya untuk menghambat kebahagiaan, kesuksesan, dan juga perkembangan diri.
Lantas, apakah hal tersebut dilakukan dengan sengaja?
Pada dasarnya, self sabotage tidak dilakukan berdasarkan keinginan dan kesengajaan, self sabotage terjadi tanpa diri kita sadari. Self sabotage lahir sebagai bentuk dari coping mechanism seseorang yang takut untuk menghadapi rasa sakit, insekuritas, dan takut untuk menghadapi kesuksesan dan juga kegagalan.
BACA JUGA: Membuka Tabu: Suicidal Thoughts dalam Perbincangan Kesehatan Mental
Self sabotage ini sendiri sebenarnya merupakan bentuk pikiran kita untuk ‘menenangkan’ diri dari segala hal yang mungkin terjadi. Akan tetapi, ‘pemikiran’ ini hanyalah bersifat sementara. Dan dampak jangka panjangnya tentunya adalah menghambat diri kita untuk mencapai kebahagiaan, kesuksesan, dan pengembangan diri.
Kenapa Kita Melakukan Self Sabotage?
Menurut Rany, salah satu penyebab seseorang melakukan self sabotage biasanya disebabkan oleh permasalahan internal, yaitu dari segi psychology dan personalitynya. Dari personality, biasanya orang yang cenderung kurang percaya diri cenderung untuk menyabotase dirinya sendiri.
Kemudian, mereka yang memiliki gangguan kesehatan mental, seperti anxiety, depresi, dan borderline personality cenderung melakukan sabotase relationship dan juga terhadap dirinya sendiri. Mereka yang memiliki permasalahan mental ini, cenderung merasa cemas apabila tidak diperhatikan, sehingga mencari cara untuk diperhatikan.
Kemudian, fear of failure pun menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan sabotase terhadap dirinya sendiri. Ekspektasi yang terlalu tinggi pun nyatanya menjadi salah satu penyebab seseorang melakukan self sabotage. Ketika mereka menaruh mimpi yang begitu tinggi yang tidak terlalu realistis, mereka cenderung akan melakukan self sabotage.
Fear of success pun menjadi salah satu penyebab lahirnya self sabotage ini. Mereka takut, ketika mereka sukses, berbagai tanggung jawab baru akan menghampiri mereka. Sehingga, dibandingkan mengambil kesempatan untuk menjadi sukses, mereka cenderung melakukan self sabotage dengan menolak kesempatan tersebut. Hal ini pun cenderung menjadi bentuk dari impostor syndrome. Mereka beranggapan, apabila mereka menerima kesempatan tersebut, diri mereka merasa tidak sesuai dengan tanggung jawab tersebut. Sehingga, mereka enggan untuk keluar dari zona nyamannya.
Kemudian, penyebab dari self sabotage adalah learn helplessness. Mereka yang sudah pernah gagal enggan untuk mencoba kembali. Karena, mereka beranggapan, jika sudah gagal, buat apa mencoba kembali.
Dan terakhir, attachment style pun menjadi penyebab seseorang melakukan self sabotage. Mereka yang menghindari feedback, kritik, respon, dan intimacy dengan orang lain karena merasa apabila mereka menerima hal tersebut, mereka akan ribet, dan lain sebagainya.
BACA JUGA: Kisah Erika dalam Menjadi Vegetarian: Berawal dari Didikan, Kini Berusaha untuk Menjadi Vegan
Bisakah self sabotage datang dari orang lain?
Rany menjelaskan, menurut Dan Millman, seorang pakar psikologi. Pada dasarnya, self sabotage lahir dari rasa stres yang muncul dari diri kita sendiri. Kita cenderung mendenied realita yang terjadi. Sehingga, kita selalu stuck di masa lalu.
Gejala Self Sabotage
Bicara mengenai gejala atau cirinya, beberapa hal atau indikasi seseorang sudah melakukan self sabotage adalah:
- Sering Telat
Mereka yang sudah sering telah dan ditegur beberapa kali, secara tidak sadar telah melakukan self sabotage. Menurut Rany, bisa jadi ada hal yang mereka coba hindari dan akhirnya ‘memutuskan’ untuk datang telat.
- Lupa tapi Pilih-Pilih
Beberapa orang mungkin memang pada dasarnya pelupa. Namun, mereka yang memilih-milih untuk ‘lupa’, biasanya telah melakukan sabotase terhadap dirinya sendiri.
- Salah Lingkungan
Lingkungan menjadi salah satu gejala pembentuk self sabotage. Ketika kita sadar kita sudah berada di lingkungan yang toxic tapi kita masih berada di sana atas dasar ‘kenyamanan’, berarti kita telah melakukan self sabotage.
- Mimpi yang Terlalu ‘Kecil’
Mereka yang cenderung memiliki mimpi, namun memilah-milah mimpi berdasarkan mudah-susahnya mimpi tersebut, bisa jadi telah melakukan self sabotage.
- Over Planning
Mereka yang sudah memiliki tujuan, namun malah ‘membuat’ planning atau alasan yang terlalu banyak. Nyatanya merupakan bentuk dari self sabotage.
Self Sabotage jadi Masalah Ketika?
Self sabotage sendiri memiliki tiga spektrum, yaitu mild, moderate, dan severe. Biasanya, spektrum mild tidak mengganggu orang-orang di sekitar, seperti kehilangan pekerjaan, kesempatan, dan kesehatan mental. Namun, meskipun tidak mengganggu orang lain dan diri kita sendiri, spektrum mild ini tetap harus diperhatikan. Karena, berawal dari hal yang kecil, apabila sudah menjadi kebiasaan akan menjadi masalah.
Kemudian, moderate. Untuk moderate memang memiliki dampak terhadap masyarakat dan kita. Namun, spektrum ini belum sampai mengganggu kesehatan mental kita.
Dan terakhir, spektrum severe merupakan spektrum self sabotage yang memang sudah harus ditangani oleh ahlinya. Karena, selain mengganggu kita dan orang sekitar, spektrum ini nyatanya berdampak terhadap kesehatan mental seseorang. Karena, kerugiannya sudah lebih dari benefit.
Apa yang Kita Harus Lakukan?
Self awareness melalui mindfulness menjadi cara untuk menangani self sabotage pada spektrum mild Kita berpikir apa yang menjadi alasan kita takut untuk gagal atau biasa disebut dengan emotional muscle.
BACA JUGA: Kapan Waktu Terbaik untuk Menjelaskan Status Adopsi Terhadap Anak?
Kemudian, rasa tidak enakan pada diri kita sendiri pun harus segera dibuang. Ketika kita merasa tidak nyaman, kita harus mempelajari perasaan ketidaknyamanan tersebut. Kita harus paham apa alasan kenapa kita tidak mengambil beberapa kesempatan yang datang terhadap kita.. Sehingga, kita dapat mengadjust apa yang menjadi keinginan kita.
Dan untuk spektrum severe, cara terbaik adalah dengan menghubungi para ahli. Biasanya, para ahli akan meminta para pasien untuk memahami hal-hal yang membuat mereka menghindari rasa ketakutan mereka. Kemudian, pengertian untuk memahami perubahan sebagai bentuk dari proses pun terus ditekankan pada mereka yang menghadapi permasalahan self sabotage. (*/)
(RRY)
Berikan Komentar Anda