UH-OOH!

The size of your web browser is too small for our website. Please consider resizing it bigger for best browsing experience.


Copyright © 2018 KISFM

Loading..

Mindfull Parenting dan Kasih Sayang Jadi Kunci Pembentukan Karakter dan Emosi Anak

Sebagai orang tua, Kis Listener tentunya ingin yang terbaik untuk anak, makanya terkadang kita mencoba mendidik anak kita dengan cara yang kita anggap paling benar menurut kita. Namun, apa yang kita anggap terbaik ini, belum tentunya dianggap sama oleh anak kita.

Tidak jarang, beberapa aksi atau reaksi kita dalam menyikapi apa yang dilakukan anak kita pun tidak jarang mengarah ke tindakan ‘bullying’. Padahal apa yang kita pikirkan tidak seperti itu, namun anak yang keadaan emosinya belum stabil ketika emosinya di invalidasi oleh kedua orang tuanya, bisa jadi mereka merasa inferior terhadap dirinya sendiri.

BACA JUGA: Sering tidak Disadari, Nyatanya Orang Tua Bisa Menjadi Seorang Pembully untuk Anak!

Peran Penting Keluarga dalam Pembentukan Karakter Anak

Monica Sulistiawati, M.Psi., Psikolog selaku Clinical Psychologist and Child Development Specialist di Personal Growth pun menjelaskan, apabila orang tua melakukan tindakan ‘bullying’ seperti melakukan invalidasi terhadap anaknya, hal tersebut akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter si anak.

Dengan demikian, terdapat dua posibilitas yang mungkin terjadi apabila bullying orang tua terhadap anak terjadi. Pertama, si anak akan merasa inferior dan menjauhkan diri sehingga menjadi korban bullying. Kedua, si anak akan berusaha untuk menunjukkan superioritasnya ketika berada di luar rumah yang akhirnya berujung ke terbentuk seorang pembully.

“Ketika si kedua orang tua tanpa sengaja atau dengan sengaja melontarkan kata-kata yang menyakitkan si anak ini tentu akan merasa dirinya sangat inferior. Sehingga ketika dia keluar dari lingkungan keluarga, mulai bergaul dengan teman-temannya yang terjadi biasanya adalah dua hal yang pertama dia akan merasa sangat inferior di lingkungan berikut, di lingkungan pergaulannya Sehingga dia cenderung menarik diri atau sulit bergaul Kemudian beresiko menjadi korban bullying berikutnya di lingkungan atau sebaliknya.” ujar Monica. 

Lantas, bagaimana peran orang tua untuk menciptakan karakter anak yang berempati dan tidak menjadi pembully?

BACA JUGA: 4 Tipe Parenting yang dapat Kis Listener Terapkan Terhadap Anak!

Kasih Sayang Jadi Kunci Pengembangan Karakter Anak

Monica menekankan, kasih sayang orang tua terhadap anak memegang peran vital dalam pengembangan karakter anak. Kasih sayang di sini dalam artian orang tua bukan sekadar memenuhi kebutuhan fisik anak, melainkan orang tua harus memberikan kasih sayang dalam bentuk kognitif dan afektif berupa sosial dan juga emosional.

Kebutuhan emosional dalam artian, sebagai orang tua kita harus mau mendengarkan, menghargai, memberi kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab. Sebagai orang tua, kita harus mau memahami anak kita.

Kemudian, empati pun harus ditanamkan. Karena, peran gadget secara langsung membentuk emosional anak kita. Melalui media sosial, pemahaman anak terhadap ekspektasi orang tua terhadap mereka pun menjadi tinggi. Sehingga, peran orang tua untuk mengajarkan empati sangatlah penting.

Selain itu, kita pun harus bisa memposisikan diri sebagai anak. Sesederhana kita dapat memahami apa yang tidak disukai oleh anak kita, sebagaimana kita tidak menyukai sesuatu di masa kita kecil. Pada dasarnya, tidak ada orang tua yang sempurna, apa yang dilakukan orang tua hanyalah melakukan yang terbaik untuk anak kita.

BACA JUGA: Anak Mulai Merasa Kurang Disayang Dibandingkan Saudaranya? Apa yang Harus Kita Lakukan?

Dengan demikian, konsep mindfull parenting menjadi kunci dalam membentuk karakter anak. Mindfull parenting adalah kesadaran kita sebagai orang tua mengenai posisinya sebagai orang tua. Dengan melakukan berbagai aktivitas secara satu-satu, bukan secara bersamaan, seperti ketika anak sedang bercerita kita fokus mendengarkannya buka main handphone atau lain sebagainya. Sehingga, kita bisa fokus dengan apa yang kita ucapkan, dan ketika kita salah berucap atau memarahi mereka dengan kata-kata yang ‘kasar’, jangan ragu dan gengsi untuk meminta maaf.

“Orang tua bukan berarti tahu segalanya kadang-kadang kita perlu belajar dari anak-anak kita dan gimana si anak mau ngomong maaf kalau dia sendiri gak pernah denger ada kata maaf,” ujar Monica. (*/)

(RRY)

 

Berikan Komentar Anda